TANJABTIM, BITNews.id – Kondisi lingkungan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur semakin memprihatinkan akibat abrasi pantai yang berkepanjangan. Fenomena ini telah mengakibatkan hilangnya lahan-lahan bernilai ekonomis yang secara perlahan tergerus ke laut tanpa adanya tindakan berarti dari pemerintah kabupaten.
Gelombang pasang laut semakin memperburuk keadaan, memaksa sejumlah pemukiman di sepanjang pantai untuk dievakuasi ke lokasi yang lebih aman.
Ancaman abrasi paling parah adalah desa-desa yang berada di Kecamatan Sadu, termasuk Desa Sungai Benuh yang berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, serta Desa Labuan Pering, terutama Dusun Sungai Kapas, di mana lahan perkebunan kelapa kini berada di tengah laut.
Desa Pantai Cemara, yang merupakan Kawasan Ekosistem Esensial, juga mengalami kerusakan. Pantai Cemara menjadi habitat burung migran yang datang setiap November hingga Februari sebelum melanjutkan perjalanan ke Australia.
Kondisi serupa juga terjadi di Desa Air Hitam Laut. Dimana, Pantai Babussalam, yang menjadi lokasi Festival Mandi Safar setiap tahun, menghadapi ancaman abrasi.
Hal tersebut mendapat perhatian serius oleh Arie Suriyanto, seorang penggiat lingkungan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Arie meminta kepada calon gubernur Jambi dan calon bupati Tanjung Jabung Timur untuk lebih peduli terhadap persoalan lingkungan hidup di wilayah tersebut.
“Isu utama yang dihadapi adalah abrasi pantai yang telah berlangsung lama, mengakibatkan hilangnya lahan-lahan ekonomis yang terbuang ke laut tanpa adanya tindakan signifikan dari pemerintah setempat,” ujar Arie, Sabtu (27/07/2024).
Dikatakan Arie, meskipun Balai Wilayah Sumatera VI Jambi telah membangun penahan ombak, beberapa bangunan di pantai tersebut harus direlokasi, seperti yang terjadi beberapa tahun lalu.
“Kerusakan pantai di Air Hitam Laut disebabkan oleh tergerusnya Tanjung di sebelah kanan muara Sungai Air Hitam Laut, yang berfungsi sebagai benteng penahan gelombang. Salah satu solusi yang diusulkan adalah membangun Alat Pemecah Ombak (APO) dari limbah ban bekas. Saat ini proposalnya masih dalam tahap penyusunan untuk diajukan kepada Pemerintah Provinsi Jambi maupun Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur,” ucapnya.
Ia menjelaskan bahwa, konsep penanganan abrasi menggunakan limbah ban bekas ini terinspirasi dari praktik di Karawang, Jawa Barat, dan Muara Gebong, Bekasi. Setelah pemasangan, bagian dalam APO akan ditanami mangrove dan api-api untuk memperkuat pantai.
“Komunitas Cinta Hijau Pesisir Indonesia (KCHPI), yang berlokasi di Nipah Panjang, akan melaksanakan kegiatan ini sebagai proyek percontohan untuk penanganan abrasi di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur,” bebernya.
Selain masalah abrasi, penanganan sampah di Nipah Panjang juga menjadi perhatian. Kondisi sampah yang sangat memprihatinkan, terutama di bantaran Sungai Berbak, bagian dari Sungai Batanghari, memerlukan solusi konkret.
Sampah yang menumpuk di area ini berpotensi mengancam kelangsungan ekosistem dan perkembangan biota laut di masa depan.
“Masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Berbak yang merupakan bagian dari Sungai Batanghari, kondisinya sudah menjadi tempat pembuangan. Sampah dan ini sangat berbahaya sekali, terutama mengancam kelangsungan ekosistem yang ada, terutama ancaman terhadap perkembangbiakan biota-biota laut kedepannya,” pungkasnya. (Toy)
Discussion about this post