TANJABTIM,BITNews.id – Hj Dillah Hikmah Sari, calon bupati Tanjung Jabung Timur tegas menyebut bahwa bantuan pompong bukan solusi bagi kemiskinan nelayan.
Menurut Dilla Hich yang berpasangan dengan Muslimin Tanja, solusi mengurai kemiskinan nelayan harus program komperehensif yang matang dan terukur.
Pompong adalah alat tangkap nelayan yang sudah ada sejak kakek nenek mereka. Namun dengan pompong ternyata nelayan tak pernah keluar dari kemiskinan. Bahkan lebih jauh, program pompong Pemkab Tanjabtim sekitar 2013 lalu ternyata justru menuai masalah.
“Sudah – sudahlah kita membuat program asal berdampak politis. Kitta ini pemerintah, wajib mengedukasi. Kita harus mulai berani membuat program yang visinya jelas, target capainya jelas dan kami pastikan kami berani melakukan terobosan itu tanpa embel – embel kepentingan sesaat,” kata Dilla di Nipahpanjang Senin siang 9 September 2024.
Dilla bersama Muslimin Tanja dan tim kerjanya sudah merumuskan 25 program unggulan. Dikatakannya 25 program prioritas itu berbasis serapan aspirasi dari berbagai kelompok masyarakat dan kelompok sosial. Mulai petani, nelayan, buruh, pedagang, guru, honorer, PPL hingga komunitas milenial dan kelompok perempuan.
“Semua aspirasi itu kami serap dan kami rumuskan menjadi program prioritas atau program unggulan, semua matang, terukur dan bervisi jelas sesuai dengan kemampuan dan sesuai dengan RPJPD, kita sudah pastikan itu,” ungkap Dilla.
Dilla menyebut program unggulan yang mereka rumuskan adalah solusi yang dipercaya jitu dan efektif guna mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat selama ini.
Dari 25 program itu ada enam titik berat khusus program bagi nelayan. Bukan tanpa sebab, nelayan adalah penyumbang angka kemiskinan tertinggi di Tanjung Jabung Timur. Karena itu program yang akan diluncurkan Dilla – MT adalah program berani dan revolusioner.
“Kita harus berani membuat terobosan agar garis kemiskinan khususnya di pesisir yang mayoritas nelayan bisa kita atasi ,” kata Dilla penuh keyakinan.
Mengingat adanya pergeseran potensi perikanan, nelayan tidak bisa lagi hanya diberi kapal tiga GT dengan alat tangkap tradisional. Jika itu tetap dilakukan maka program yang dibuat hanya akan memelihara kemiskinan nelayan tersebut. Sulit berharap nelayan bersaing dengan nelayan daerah lain yang lebih adaptif pada kondisi kelautan terkini.
Alasannya, kapal atau pompong 3GT hanya mampu menjelajah di ring satu perairan. Armada itu tak akan sanggup berlayar jauh. Padahal di ring satu diketahui sumber ikan sudah sangat sedikit. Akibatnya penghasilan nelayan hanya akan habis hari ke hari. “Jangankan untuk sejehtera, untuk bertahan hidup saja pasti kian berat,” jelas Dilla.
Dilla yang sudah berdiskusi langsung dengan sejumlah nelayan dan kelompok nelayan menyimpulkan bahwa nelayan Tanjabtim membutuhkan armada besar dengan alat tangkap yang relevan dengan kemajuan teknologi. Tidak bisa lagi hanya mengandalkan jaring tetapi harus mulai dilatih migrasi ke rawai dan alat tangkap modern lainnya.
Soal nelayan rawai, Dilla menyebut di Nipahpanjang saat ini sudah ada sejumlah nelayan yang menggeluti pola tersebut. Hasilnya jauh lebih besar daripada nelayan mandiri yang mengandalkan pompong di wilayah jelajah ring satu atau di bawah tiga mill. Kelompok nelayan rawai di Nipahpanjang mampu membawa hasil tangkapan berkali lipat dibanding nelayan jaring pantai.
“Nanti akan kita buka, yang jelas kita punya strategi jitu untuk nelayan dan itu bukan bantuan pompong kecil. Kita siap berdebat soal program nelayan ini,” tegas Dilla.
Perhatian pemerintahannya kelak bukan soal kapal dan alat tangkap saja. Dilla berjanji akan memberi perhatian khusus kepada nelayan. Dilla – MT merehab rumah nelayan dengan target 1000 unit selama lima tahun.
Dilla – MT juga Alan menggelontorkan bantuan asuransi nelayan dengan target 5000 premi. Termasuk akan menggalakkan budidaya perikanan dengan program bantuan sarana produksi.
Bahkan Dilla – MT mempersiapkan antisipasi saat musim paceklik dengan bantuan pangan non tunai untuk nelayan. Agar tidak lagi terikat hutang saat tak melaut. “Kami sudah estimasi dan kita mampu melaksanakan program – program tersebut,” ucap mantan wakil ketua DPRD Provinsi Jambi itu.
“Kami juga akan memperjuangkan hilirisasi produk – produk perikanan dengan melibatkan para istri nelayan sebagai pilar utama penggeraknya,” tambah Dilla.
Dilla – MT memastikan setiap program yang disusun bukanlah produk copy paste program lama. Sebab setiap program yang baik harus relevan dan adaptif terhadap kondisi yang dihadapi masyarakat saat ini.
“ Komi pastikan setiap program yang kami luncurkan bukan copy paste tanpa kajian kesesuaian. Sebab sudah saatnya kita harus berani membuat perubahan fundamental. Sudah waktunya kita tinggalkan program yang hanya populis tapi justru menjebak bahkan berpotensi mengundang mudarat,”tegas Dilla.
Seluruh program unggulan yang menjadi fokus rencana kerja Dilla – MT dipastikan sudah melalui dasar perhitungan matang bukan hanya soal strategi tetapi juga soal kemampuan menjalankan program tersebut.
“Kita tak mau hanya menjual janji manis tanpa visi. Visi kita jelas, perbaikan kesejahteraan masyarakat sangat niscaya asal kita kompak bersatu dan saling mendukung,” kata Muslimin Tanja menambahkan. (*)
Discussion about this post