SUNGAI PENUH, BITNews.id – Keragaman di era digital dapat terkikis oleh gagasan radikalisme yang mengandalkan kekerasan secara digital. Radikalisme adalah ide, gagasan atau gerakan yang bertujuan mengubah secara menyeluruh, baik dalam lingkup politik, sosial, maupun keagamaan.
Agar sadar keragaman dan paham radikalisme di dunia maya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jambi, akan kembali menggelar webinar literasi digital untuk segmen pendidikan di Kota Sungai Penuh, Jumat (4/10) pagi, pukul 09.00 WIB.
Mengusung tema ”Keragaman dan Radikalisme di Era Digital” diskusi online yang akan diikuti siswa pelajar dan tenaga kependidikan dengan menggelar nonton bareng (nobar) dari sekolah masing-masing itu, rencananya akan menghadirkan tiga narasumber.
Mereka adalah Kepala Seksi Kurikulum Dinas Pendidikan Kota Sungai Penuh Mira Satriani, Sekretaris Yayasan Pendidikan Cendekia Utama Meithiana Indrasari, dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Eko Pamuji, dan Firdha selaku moderator.
”Webinar ini juga dapat diikuti gratis dengan cara mengisi link registrasi peserta di https://s.id/RegPendidikanSumatera0410. Selain mendapat e-sertifikat, panitia juga menyediakan voucher e-wallet senilai Rp 1.000.000.- untuk 10 peserta yang mengajukan pertanyaan terbaik selama webinar,” tulis Kemkominfo dalam rilisnya kepada awak media, Kamis (3/10).
Terkait tema diskusi, Kemkominfo menjelaskan, keragaman merupakan anugerah yang dimiliki Nusantara, dan patut dijaga kelestariannya. Adapun radikalisme, sebaliknya dapat merusak keragaman yang indah penuh warna.
”Dampak negatif radikalisme dapat berupa konflik sosial, potensi kekerasan dan terorisme, perpecahan sosial, ancaman persatuan, dan penghancuran nasionalisme,” jelas Kemkominfo dalam rilis.
Era digital, menurut Kemkominfo, mestinya digunakan untuk melihat keragaman Nusantara secara mudah dan cepat. Keragaman itu, meliputi suku, agama, warna kulit, bahasa, seni, ras, adat istiadat, serta keragaman sosial budaya.
”Keragaman budaya dan adat istiadat itu mudah dilihat melalui internet. Misalnya, pakaian adat, rumah adat, hingga adat pernikahan suku-suku di Indonesia,” imbuh Kemkominfo.
Untuk diketahui, webinar seperti digelar di Kota Sungai Penuh, Jambi, ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) yang dihelat Kemkominfo. GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang #MakinCakapDigital.
Sampai dengan akhir 2023, tercatat sebanyak 24,6 juta orang telah mengikuti program peningkatan literasi digital yang dimulai sejak 2017. ”Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024,” tambah Kemkominfo.
Tahun ini, program #literasidigitalkominfo mulai bergulir pada Februari 2024. Program makin cakap digital bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, kreatif, produktif, dan aman.
Kecakapan digital menjadi penting, karena – menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) – pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.
Survei APJII juga menyebut, tingkat penetrasi internet Indonesia pada 2024 menyentuh angka 79,5 persen. Ada peningkatan 1,4 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tercatat, pada 2018, penetrasi internet Indonesia berada di angka 64,8 persen. ”Kemudian naik secara berurutan menjadi 73,7 persen pada 2020, 77,01 persen pada 2022, dan 78,19 persen pada 2023,” urai Kemkominfo.
Informasi lebih lanjut mengenai literasi digital dan info kegiatan yang terkait dapat diakses melalui website info.literasidigital.id, media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Page, dan Kanal YouTube Literasi Digital Kominfo. (*)
Discussion about this post