Oleh: Dr. Fahmi Rasid
Jambi adalah anugerah. Di dalamnya mengalir sungai terpanjang di Sumatera, tumbuh sejarah tua dalam Candi Muaro Jambi, dan subur keindahan alam yang memesona dari kaki Gunung Kerinci hingga Danau Kaco yang bening, bak kaca surga.
Ditambah lagi kekayaan alam yang telah mendunia, seperti Geopark Merangin Jambi, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan keindahan Bukit Khayangan. Namun, hingga kini Jambi belum menjadi perbincangan utama dalam peta destinasi wisata Indonesia secara nasional, apalagi global.
Pertanyaannya: apakah kita telah memasarkan keindahan ini dengan benar? Potensi besar ini belum sebanding dengan daya saing pemasaran dan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke provinsi ini.
Maka, arah kebijakan pemasaran pariwisata Jambi 2025–2029 menjadi sangat penting untuk dibahas secara serius, strategis, dan partisipatif.
Menurut Prof. Dr. H. Sapta Nirwandar, mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (Kabinet Presiden SBY, 2011–2014), Candi Muaro Jambi memiliki daya tarik luar biasa yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia.
“Candi ini bukan sekadar tumpukan batu kuno. Ia adalah jejak peradaban Melayu yang hidup di pinggir Sungai Batanghari. Keunikan ini bisa menjadi ikon wisata budaya yang mendunia jika kita mau dan mampu memasarkannya dengan cerdas,” ungkapnya dalam sebuah festival budaya di Jambi (2014).
Prof. Dr. H. Sapta Nirwandar juga mendorong agar Pemerintah Daerah Jambi membangun paket wisata terpadu yang mengombinasikan kekayaan budaya, sejarah, dan alam.
“Jangan hanya berharap wisatawan datang, kita harus menjemput mereka dengan cerita yang menarik, akses yang mudah, dan pengalaman yang menyentuh jiwa,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh pelaku wisata lokal seperti Bapak Yulizar, Ketua Pokdarwis Danau Kaco. Ia menyampaikan bahwa potensi Jambi selama ini terhambat karena kurangnya dukungan pemasaran dari pemerintah.
“Kami sudah berjalan sendiri dengan media sosial, tapi kalau pemerintah tidak bantu promosi, wisatawan hanya datang saat libur besar. Kami butuh promosi bersama, kalender event yang jelas, dan pelatihan digital marketing,” ujarnya dengan semangat.
Sumber lain, Ibu Fitri Wulandari pelaku UMKM kuliner khas Jambi juga menekankan pentingnya pelibatan ekonomi lokal dalam promosi wisata:
“Orang datang ke Jambi bukan hanya untuk melihat alam, tapi untuk mencicipi rasa, membeli oleh-oleh, merasakan keramahan kami. Pemasaran wisata harus menghidupkan semua ini, bukan hanya tempatnya.”
Kebijakan pembangunan daerah yang tertuang dalam Visi Jambi Mantap Berdaya Saing dan Berkelanjutan 2025–2029, diperkuat dengan misi Pemantapan Daya Saing Daerah dan Produktivitas Pertanian, Perdagangan, Industri, dan Pariwisata, menjadi peluang emas menjadikan pariwisata sebagai pilar ekonomi baru.
Arah kebijakan ke depan mencakup empat fokus utama:
- Penguatan merek (brand) destinasi;
- Pemanfaatan platform digital;
- Pelibatan masyarakat lokal;
- Kolaborasi dengan sektor swasta dan diaspora.
Dalam konteks nasional, kekuatan utama pariwisata daerah terletak pada diferensiasi budaya dan keaslian alam. Jambi memiliki keduanya. Namun, tanpa narasi dan promosi yang terstruktur, dunia tidak akan mengenalnya.
Pemasaran pariwisata bukan sekadar iklan atau pameran, tetapi menciptakan pengalaman yang menyeluruh. Pemerintah Provinsi Jambi perlu mengembangkan strategi berbasis data wisatawan, memanfaatkan big data dari platform digital seperti Google Trends, TikTok, dan Instagram untuk memahami perilaku serta minat pasar.
Selain itu, perlu dibentuk Tourism Promotion Board atau Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) yang profesional dan kreatif, diisi oleh pelaku industri serta generasi muda lokal.
Hal lain yang juga mesti diperhatikan adalah keterlibatan tokoh dan masyarakat adat sebagai pilar penting. Menurut tokoh adat Melayu Jambi, yang juga Sekretaris Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Kerinci, SAFWANDI, Dpt (bergelar Ijung Putih Tuo), menyatakan:
“Wisata Jambi harus dibangun tanpa meninggalkan akar budaya. Kearifan lokal bukan hanya daya tarik, tetapi juga fondasi utama dalam menyambut wisatawan.”
Secara praktis, strategi pemasaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
- Mengikuti Festival Internasional Tahun 2025 di Melbourne, Australia, dalam rangka pengenalan dan promosi destinasi wisata Provinsi Jambi;
- Penguatan citra destinasi unggulan seperti “Muaro Jambi: Warisan Dunia Melayu” atau “Kerinci: The Hidden Paradise of Sumatra”
- Kolaborasi dengan travel influencer dan content creator lokal;
- Digitalisasi produk wisata melalui virtual tour, pemesanan daring (booking online), dan sistem informasi pariwisata terintegrasi;
- Kampanye “Visit Jambi 2026” dalam rangka HUT Provinsi Jambi.
Sudah saatnya Jambi tidak lagi sekadar menjadi titik di peta, tetapi menjadi tujuan yang dicari dan dibicarakan. Kuncinya terletak pada bagaimana kita memasarkan diri—dengan strategi, semangat kolaborasi, dan keberanian untuk berubah.
“Jambi tidak kekurangan keindahan. Yang kita butuhkan adalah keberanian untuk memperkenalkannya dengan cara yang luar biasa,” ujar Ir. H. Syahrasaddin, M.Si, tokoh masyarakat Provinsi Jambi dan pemerhati pembangunan daerah.
Jika ingin Jambi dikenal dunia, maka hari ini adalah waktu terbaik untuk memulai. Mulailah dengan menyapa dunia melalui cerita, bukan dengan diam. Menyapa dengan promosi yang menyentuh, bukan sekadar pamer. Jadikan masyarakat sebagai pelaku utama, bukan penonton pasif.
Karena pada akhirnya, pariwisata bukan hanya tentang mengundang orang datang, tetapi membuat mereka jatuh cinta dan ingin kembali. Dan cinta itu tumbuh dari kesungguhan kita memperkenalkan diri.
“Jambi itu indah. Tinggal bagaimana kita merajut narasinya, memasarkan dengan hati, dan menjadikannya mimpi yang ingin dikunjungi.”
Penulis adalah Dosen UM Jambi, Sekretaris PUSDIKLAT LAM Provinsi Jambi.
Discussion about this post