• DISCLAIMER
  • KODE ETIK
  • REDAKSI
  • TENTANG KAMI
  • IKLAN
  • KARIR
  • MEDIA PARTNER
Bitnews
  • Daerah
  • Nasional
  • Politik
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Hukrim
  • Diksosbud
  • Lifestyle
    • Automotive
    • Sport
    • Teknologi
  • Ekbis
  • Lainnya
    • Opini
    • Kabar TNI-Polri
    • Advertorial
No Result
View All Result
  • Daerah
  • Nasional
  • Politik
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Hukrim
  • Diksosbud
  • Lifestyle
    • Automotive
    • Sport
    • Teknologi
  • Ekbis
  • Lainnya
    • Opini
    • Kabar TNI-Polri
    • Advertorial
No Result
View All Result
Bitnews

Politik Uang Perilaku Menipu Rakyat

Bitnews.id by Bitnews.id
12 April 2021
in Opini
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh : Yulfi Alfikri Noer S,IP., MAP

Kekuasaan harus digapai dan dipertahankan, meski harus membuang bab etika ke tong sampah. Demikian filsuf era Renaisans, Nicollo Machiavelli, berkata dalam salah satu adi karyanya Il Principe (Sang Pangeran).

Baca Juga:

Jalan Khusus Sebagai Simbol Keberpihakan Terhadap Rakyat

Potensi yang Tersembunyi: Esensi Sejati Seorang Pemimpin

Sinergi Regulasi dan Investasi: Menafsir PMK Nomor. 68 Tahun 2024 dalam Percepatan Jalan Khusus Batubara Jambi

Mengurai Ketimpangan, Menggapai Harapan: Potret IPM Jambi

Subjetivitas saya, dari pilkada ke pilkada sebagai  refleksi demokrasi belum dimaknai ideal sebagai ruang resolusi konflik, belum dimaknai radikal, subtansial, sakral konstitusional.

Pemilukada belum bermakna ruang strategis mensinergikan berbagai kepentingan, mangadumaniskan pemikiran ideal untuk mengelola daerah lima tahun kedepan dan fondasi pembangunan berkelanjutan.

Pemilukada kurang lebih dipahami semacam upacara, pesta politik ritual lima tahunan, baligho, spanduk, benner, stiker  bertebaran, berserakkan memajang wajah calon-calon bak kontes kecantikan akbar lazimnya pesta, kental dengan nuansa citra yang sama sekali tidak ada kaitan dengan substansi produk pemilukada.

Terpilihnya orang-orang terbaik yang memiliki kualifikasi desainer daerah adalah tujuan mutlak pemilukada. Parameter suksesnya, jujur adilnya, tegaknya hukum pada  pemilukada bukan diukur berapa banyak pekerja demokrasi  jadi tersangka, berapa komisioner KPU yang dibekukan, berapa orang yang diberhentikan.

Jikapun terjadi itu implikasi dari main-main dengan pemilukada, main-main dengan rakyat. Tidak sedikit yang mengkritisi pemilukada kali ini adalah refleksi demokrasi arah, nekad, pragmatis transaksional, berdemokrasi tapi anti demokrasi.

Dangkalnya pemahaman penting dan sakral konstitusionalnya pemilukada, suara rakyat pun  menjadi perburuan “sales politik” . Rakyat jadi  ladang transaksional, gadai, jual beli, ijon-mengijon suara. Transaksi tidak berakhir di lapanga, di hotel, restoran, rumah makan, di vila atau di gang-gang sempit. Suara rakyat  yang ditransaksikan, di kuntit, ditagih  para makelar dan sales politik sampai TPS.

Lincah dan terencana, mereka  menyelinap berkonspirasi dengan penyelenggara, pekerja demokrasi yang rapuh. Suara yang sudah berbentuk angka tidak sedikit yang dieksekusi, disulap, digelembungkan, dipindahkan, dihilangkan. Angka deret hitung, kecuali nilai transasi, dianggap tidak bermakna, tidak bernyawa, tidak memiliki sejarah, dan tidak memiliki generasi untuk daerah di masa depan. Angka simbol kepercayaan itu tak ubahnya barang transaksi 250 ribu- 2 juta ditambah sembako per satu suara.

Maka, dilarang prihatin kalau kualitas, intelektualitas, moralitas produk pemilukada pun menjadi kurang memiliki kualifikasi desainer kedaerahan.  Bahkan boleh jadi tidak sedikit calon terpilih sekedar mewakili sembakonya, mewakili saweran duitnya, representasi premanisme dan intimidasinya.

Jika tidak ada ijtihad lain, sebut saja pemungutan suara ulang (PSU) atau kalkulasi politik lain, jangan menyesal jika kemudian  kepala daerah yang terpilih yang sangat berambisi untuk menang, bertransformasi menjadi pengeruk, penggali sumur uang rakyat untuk mengganti biaya kampanye, uang saweran dan meningkatkan kemewahan hidupnya.

Wajib  prihatin, kalau  nasib pembangunan daerah lima tahun kedepan ditukar 250 ribu-2,5 juta plus sembako. Dan wajib pula di waspadai maraknya politik uang pada saat Pemungutan Suara Ulang (PSU) pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jambi yang akan dilangsungkan di lima kabupaten di 88 tempat pemungutan suara. Dengan kedok uang zakat, sedekah, THR dan mempolitisasi ibadah sakral tersebut menjadi modus praktik jual-beli suara harus ditolak. Seperti yang dilansir media detail.id (6/04/2021), Kapolda Jambi Irjen Pol A Rachmad Wibowo, menegaskan jangan main-main dengan politik uang di PSU Pilgub Jambi nanti.

Yang melakukan politik uang, kita tidak main-main. Pelaku akan kita tangkap, dan langsung kita ekspos kepada media. Ini foto orangnya, ini buktinya. Politik uang dalam pelaksanaan PSU nanti, harus dilawan dengan cara menolak uangnya dan melaporkan pelakunya ke pihak berwajib dengan barang buktinya.

Jika demikian, satu catatan penulis, maka sudah sepatutnya menginduksi masyarakat, sebagai bagian dari penyadaran publik demokrasi untuk menciptakan kesadaran kolektif bahwa politik uang cenderung merugikan lantaran menggerogoti anggaran, menyelewengkan kekuasaan dan menghambat terimplementasikannya good governance and clean governance dan sebagai filosofi dasar bahwa negara berada dalam kedaulatan rakyat.

Para pemilih sendirilah yang hendaknya harus tegas untuk tidak memilih para calon kepala daerah yang menghalalkan segala cara guna melampiaskan syahwat politiknya untuk mendapatkan kekuasaan dengan melakukan politik uang dalam bentuk apapun.

Pemilih agar memilih kepala daerah yang sesuai dengan hati nurani, bukan karena tren politik dan politik uang. Kalau mau pemimpin jujur, masyarakat dalam memilih juga harus jujur dan jangan bermimpi punya pemimpin bagus jika suara masyarakat bisa dibeli.

Jika calon pemimpin kepala daerah yang menggunakan cara instan dengan politik uang, maka tak layak untuk dipilih. Karena Politik uang merupakan politik minus ide. Disadari atau tidak, selama ini mereka memperlihatkan ketidakmampuan berpolitik dengan ide dan tidak memiliki integritas moral yang patut di contoh, sebab mereka tak punya gagasan tentang kemajuan daerah untuk diusahakan. Pesannya hanya satu, Pemilih Mantap, Jambi Mantap.

Penulis adalah Akademisi UIN STS Jambi

Tags: #opini#politik uang#Yulfi Alfikri Noer SIP.MAP
Next Post

Sambut Bulan Ramadhan, Kapolda Jambi Pimpin Apel Kesiapan Operasi Siginjai Tahun 2021

Discussion about this post

No Result
View All Result

Berita Terhangat

  • Analisis Unsur dan Struktur dalam Pertunjukan Tari Kecak Bali

    Analisis Unsur dan Struktur dalam Pertunjukan Tari Kecak Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Romi Hariyanto Menjadi Bupati Pertama di Indonesia yang Terima Ramsar’s Award

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kritik Musik pada Official Music Video Lyodra – Pesan Terakhir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Eksekutor Geng Motor di Hadiahi Timah Panas, Pelaku Mengaku Delapan Kali Beraksi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PT Sungai Bahar Fasifik Utama Dilaporkan Ke Polda Jambi Oleh LSM Temperak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

PT. DIGITAL MEDIA INFORMATIF

JL.AR. Saleh RT.37 Kelurahan Paal Merah, Kecamatan Paal Merah Kota Jambi
Phone / Wa : 0811-749-7272
email: redaksibitnewsid@gmail.com

PEDOMAN MEDIA SIBER | REDAKSI | KODE ETIK | TENTANG KAMI | HAK JAWAB & KOREKSI BERITA | KARIR | SOP PERLINDUNGAN WARTAWAN | MEDIA PARTNER

Copyright© 2025 BITNews.id – Inspirasi Era Digital

Developed by – Otoy Media Group

No Result
View All Result
  • Daerah
  • Nasional
  • Politik
  • Pemerintahan
  • Peristiwa
  • Hukrim
  • Diksosbud
  • Lifestyle
    • Automotive
    • Sport
    • Teknologi
  • Ekbis
  • Lainnya
    • Opini
    • Kabar TNI-Polri
    • Advertorial

© 2025BITNews.id -Developed by: Websiteku.